Sabtu, 18 Agustus 2007
Mejeng, Kiat Sukses Pebisnis Tanaman Hias
Pustaka Kita. Sebuah bola voli meluncur dan jatuh di kandang ayam. Seekor ayam jago segera mengumpulkan para babon ayam untuk mengelilingi bola voli tersebut. Kata si ayam jago, “lihatlah, ayam-ayam tetangga kita mampu menghasilkan telur sebesar ini. Kapan kalian juga mampu seperti itu ?“
Ayam jago yang sok tahu. Tetapi menurut pepatah asal Malaysia, perilaku ayam lebih baik dibanding perilaku penyu. Pepatah negeri jiran itu berbunyi, “Jangan jadi penyu yang bertelur ribuan butir tetapi senyap-senyap, melainkan jadilah ayam : hanya bertelur sebutir tetapi riohnya sekampong !”
Dalam konteks dunia komunikasi modern, rioh itu penting. Publisitas itu penting. Artis seperti Ahmad Dhani dan Maia tahu hal itu. Pelaku adegan video porno macam Maria Eva juga tahu. Juga politisi. Bahkan demikian pula halnya kaum teroris. Adalah pakar pemasaran terkenal Al Ries dan Jack Trout dalam bukunya Horse Sense : The Key to Success Is Finding a Horse to Ride (1991) yang menandaskan hal itu.
Agar sukses, kata mereka, Anda harus menemukan kuda untuk bisa Anda tunggangi. Tetapi bila kuda kerja keras yang Anda pilih, peluang sukses Anda hanya 1 dari 100. Pilih menunggang kuda IQ ? Hanya 1 banding 75. Mengandalkan kuda pendidikan pun cuma 1 dari 60. Menyerahkan masa depan Anda dengan pasrah nebeng kuda perusahaan tempat Anda kini bekerja ? Peluang sukses Anda masih hanya 1 dari 50 !
Nasehat Ries dan Trout, pilihlah kuda kreativitas yang membuka peluang sukses Anda 1 banding 25. Kuda hobi lebih potensial lagi, 1 banding 20. Sementara kuda rioh sekampong, yaitu publisitas menurut mereka menjanjikan peluang sukses Anda 1 banding 10.
Di perusahaan besar, tandasnya, ketertampakan atau visibilitas lebih penting dibanding kemampuan, abilitas. Lebih bagus bila Anda memang memiliki keduanya. Tetapi bila Anda diminta memilih, pilihlah pada visibilitas itu.
Kuda kencang yang satu ini menjanjikan keberhasilan karena sembilan puluh persen orang bukan termasuk sebagai golongan pemikir yang independen. Kaum mayoritas ini hanya percaya pada informasi yang mereka baca dari suratkabar, mereka dengar dari radio atau mereka tonton dari televisi, atau bersumber dari omongan orang lain. Darimana mereka memperoleh gagasan ? Ya tentu saja dari sumber surat kabar, radio dan juga televisi tersebut.
Agar sukses menunggang kuda publisitas, Anda harus piawai dalam berdansa dengan orang-orang media. Jangan terlalu agresif dan jangan pula terlalu malu-malu kucing. Kunci pokoknya : jangan mengontak mereka, tetapi biarlah mereka yang menghubungi Anda. Tetapi bagaimana agar wartawan atau reporter televisi tertarik kepada sepak terjang Anda ?
Langkah pertama, eksposlah diri Anda sendiri dengan memberikan pidato atau menulis artikel. Agar mampu menarik liputan luas, beraksilah sedikit heboh. Luncurkan ide-ide yang kontroversial. Atau seperti resepnya Ries dan Trout, tirulah aksi seniman pelukis seni pop almarhum Andy Warhol (1927–1987) yang dijuluki sebagai master publicity jockey, karena apa pun yang ia perbuat, dari penampilan, karya seninya (“antara lain seni sablon yang secara teknis setiap orang bisa”) sampai kehidupan sosialnya, selalu bisa mengguncang media.
Inti pesannya bagi kita para pebisnis tanaman hias : kita jangan sekali-kali ketinggalan mengikuti kegiatan bursa dan pameran ! (BH).
gita
Ayam jago yang sok tahu. Tetapi menurut pepatah asal Malaysia, perilaku ayam lebih baik dibanding perilaku penyu. Pepatah negeri jiran itu berbunyi, “Jangan jadi penyu yang bertelur ribuan butir tetapi senyap-senyap, melainkan jadilah ayam : hanya bertelur sebutir tetapi riohnya sekampong !”
Dalam konteks dunia komunikasi modern, rioh itu penting. Publisitas itu penting. Artis seperti Ahmad Dhani dan Maia tahu hal itu. Pelaku adegan video porno macam Maria Eva juga tahu. Juga politisi. Bahkan demikian pula halnya kaum teroris. Adalah pakar pemasaran terkenal Al Ries dan Jack Trout dalam bukunya Horse Sense : The Key to Success Is Finding a Horse to Ride (1991) yang menandaskan hal itu.
Agar sukses, kata mereka, Anda harus menemukan kuda untuk bisa Anda tunggangi. Tetapi bila kuda kerja keras yang Anda pilih, peluang sukses Anda hanya 1 dari 100. Pilih menunggang kuda IQ ? Hanya 1 banding 75. Mengandalkan kuda pendidikan pun cuma 1 dari 60. Menyerahkan masa depan Anda dengan pasrah nebeng kuda perusahaan tempat Anda kini bekerja ? Peluang sukses Anda masih hanya 1 dari 50 !
Nasehat Ries dan Trout, pilihlah kuda kreativitas yang membuka peluang sukses Anda 1 banding 25. Kuda hobi lebih potensial lagi, 1 banding 20. Sementara kuda rioh sekampong, yaitu publisitas menurut mereka menjanjikan peluang sukses Anda 1 banding 10.
Di perusahaan besar, tandasnya, ketertampakan atau visibilitas lebih penting dibanding kemampuan, abilitas. Lebih bagus bila Anda memang memiliki keduanya. Tetapi bila Anda diminta memilih, pilihlah pada visibilitas itu.
Kuda kencang yang satu ini menjanjikan keberhasilan karena sembilan puluh persen orang bukan termasuk sebagai golongan pemikir yang independen. Kaum mayoritas ini hanya percaya pada informasi yang mereka baca dari suratkabar, mereka dengar dari radio atau mereka tonton dari televisi, atau bersumber dari omongan orang lain. Darimana mereka memperoleh gagasan ? Ya tentu saja dari sumber surat kabar, radio dan juga televisi tersebut.
Agar sukses menunggang kuda publisitas, Anda harus piawai dalam berdansa dengan orang-orang media. Jangan terlalu agresif dan jangan pula terlalu malu-malu kucing. Kunci pokoknya : jangan mengontak mereka, tetapi biarlah mereka yang menghubungi Anda. Tetapi bagaimana agar wartawan atau reporter televisi tertarik kepada sepak terjang Anda ?
Langkah pertama, eksposlah diri Anda sendiri dengan memberikan pidato atau menulis artikel. Agar mampu menarik liputan luas, beraksilah sedikit heboh. Luncurkan ide-ide yang kontroversial. Atau seperti resepnya Ries dan Trout, tirulah aksi seniman pelukis seni pop almarhum Andy Warhol (1927–1987) yang dijuluki sebagai master publicity jockey, karena apa pun yang ia perbuat, dari penampilan, karya seninya (“antara lain seni sablon yang secara teknis setiap orang bisa”) sampai kehidupan sosialnya, selalu bisa mengguncang media.
Inti pesannya bagi kita para pebisnis tanaman hias : kita jangan sekali-kali ketinggalan mengikuti kegiatan bursa dan pameran ! (BH).
gita
Label:
al ries,
andy warhol,
horse sense,
jack trout,
kiat bisnis,
media,
promosi,
publikasi
Bursa Tanaman Hias Lebaran 2007
Peluang Bisnis Lebaran 2007. Hari Lebaran adalah hari keagamaan yang paling menyedot perhatian warga dan pemerintah. Ritus tahunan berupa pergerakan jutaan warga Indonesia melakukan perjalanan mudik untuk memuaskan dahaga relijiusitas dan kebutuhan psikologis mereka, menyimpan potensi yang sah untuk dijadikan sebagai peluang bisnis yang menarik. Juga untuk penghobi dan pebisnis tanaman hias.
Membidik peluang besar dan istimewa tersebut, pengelola Obyek Wisata Waduk Gajah Mungkur Wonogiri sedang menyosialisasikan gagasan penyelenggaraan bursa tanaman hias di Hari Lebaran 2007 ini. “Kami siap memfasilitasi dan mendukung sepenuhnya,” tegas Bagus Sudarsono, SE, Kepala UPT Kawasan Waduk Gajah Mungkur. Untuk meyakinkan prospek keberhasilan bursa itu, dijelaskan bahwa pada puncak hari lebaran pada tahun-tahun yang lewat, obyek wisata ini mampu menyerap pengunjung 100 ribu per hari.
“Kaum pemudik, para boro, yang bekerja di Jabodetabek misalnya, mungkin kesulitan berbelanja tanaman hias di kotanya. Mungkin harganya sudah berlipat-lipat, kini mereka berpeluang berbelanja di kota asalnya dengan harga yang jauh bersaing. Ini peluang bisnis yang menarik bagi pebisnis tanaman hias asal Wonogiri khususnya,” kata Bagus Sudarsono, akhir Juni 2007 lalu.
Pebisnis tanaman hias Wonogiri, silakan berbenah dan bersiap. Peluang di depan mata itu jangan sampai terlewatkan, ibarat pepatah kuman di seberang lautan tampak tetapi gajah di pelupuk mata justru tidak tampak ! (BB).
gita
Membidik peluang besar dan istimewa tersebut, pengelola Obyek Wisata Waduk Gajah Mungkur Wonogiri sedang menyosialisasikan gagasan penyelenggaraan bursa tanaman hias di Hari Lebaran 2007 ini. “Kami siap memfasilitasi dan mendukung sepenuhnya,” tegas Bagus Sudarsono, SE, Kepala UPT Kawasan Waduk Gajah Mungkur. Untuk meyakinkan prospek keberhasilan bursa itu, dijelaskan bahwa pada puncak hari lebaran pada tahun-tahun yang lewat, obyek wisata ini mampu menyerap pengunjung 100 ribu per hari.
“Kaum pemudik, para boro, yang bekerja di Jabodetabek misalnya, mungkin kesulitan berbelanja tanaman hias di kotanya. Mungkin harganya sudah berlipat-lipat, kini mereka berpeluang berbelanja di kota asalnya dengan harga yang jauh bersaing. Ini peluang bisnis yang menarik bagi pebisnis tanaman hias asal Wonogiri khususnya,” kata Bagus Sudarsono, akhir Juni 2007 lalu.
Pebisnis tanaman hias Wonogiri, silakan berbenah dan bersiap. Peluang di depan mata itu jangan sampai terlewatkan, ibarat pepatah kuman di seberang lautan tampak tetapi gajah di pelupuk mata justru tidak tampak ! (BB).
gita
Langganan:
Postingan (Atom)